Kisah Dosen UIN Mem-booking 8 PSK dalam Satu Kamar
Moeflich Hasbullah
*
Seorang Dosen UIN SGD Bandung masuk ke tempat pelacuran di daerah Bekasi dan mem-booking 8
PSK sekaligus, lalu diboyong ke satu kamar. Sekuriti berbadan besar
oknum TNI menguntitnya. Menyewa 8 orang sekaligus tentu tidak wajar dan
mencurigakan. “Dia punya kekuatan seks seperti apa?” Pikirnya. Tahu ada yang menguntit, sang dosen merasa terganggu, terjadilah adu mulut sampai si TNI itu tak berkutik.
Argumen sang dosen kuat, karena toh sudah di-booking adalah hak dia untuk melakukan apa saja dengan 8 perempuan itu dalam kamar. Sang dosen bertanya, “Sebagai apa kamu disini?” “Saya keamananan Pak!” Mendengar jawaban itu, sontak sang dosen marah: “Keamanan
apanya ..?? Pekerjaan kamu disini bukan mengamankan tapi membuat mereka
menderita. Kamu menjerumuskan dan mencelakakan mereka semua di dunia
dan di akherat. Keamanan apanya?” Sang centeng tak berkutik.
Sekuriti itu pun ditantang duel kalau mengganggu acara sang dosen, tapi
si oknum ini tidak berani, apalagi saat diancam akan dilaporkan ke
atasannya jadi centeng “neraka” seperti itu. Ia pun takut, pergi dan
minta maaf. Ke 8 PSK itu merasakan lain, ada hal aneh yang akan
dilakukan tamunya ini mem-booking mereka banyakan.
Di dalam kamar, sang dosen meminta seprai dari dua kasur dicabut: “Tolong tutup badan kalian semua dengan kain itu. Saya tidak mau melihatnya.” 8
PSK itu kemudian diceramahi dan dinasehati panjang lebar tentang
kelakuan buruknya, tentang uang haramnya, akibatnya pada anak,
durhakanya pada orang tua, alasan dustanya soal kebutuhan ekonomi,
tentang bahaya penyakit kelamin dll. “Bayangkan kalau anak
perempuanmu seperti kamu mau nggak? Kalau anak-anakmu tahu kelakuanmu
seperti ini mau gak?” “Kalau ibumu tahu mau gak? Bayangkan perasaan
mereka, betapa malu dan sakit hatinya. Inikah balasan pada ibumu yang
sudah susah payah melahirkan, membesarkan dan mendidikmu?” dll …
dll … (sekitar 2 jam dia biacara). Ledakan tangisan 8 PSK itu muncrat
semua, semua menyadari dan menyesali, tobat seketika, janji besok
semuanya akan keluar.
Esoknya, sang dosen, datang lagi mengecek. Benar, 8 nama itu sudah
tidak ada di daftar, sudah keluar. Beberapa hari kemudian, sang dosen
mengunjungi ke 8 orang itu ke kampungnya masing-masing, mengontrol dan
membina, dan komunikasi terus berjalan setelah beberapa minggu/bulan. 8
perempuan muda yang wajah-wajahnya aduhai itu, kini ada yang buka
warung, buka kios, kerja di pabrik dll. Pada salah satu yang jualan
gorengan, sang dosen ustadz berkata: “Naah … begituu … ini yang halal dan barokah. Rizki halal tidak susah asalkan dicari.” Mereka merasakan kebahagiaan yang sangat amat telah keluar dari jerat pekerjaaan kotornya.
Dari ke 8 PSK itu, 6 orang bersuami dan direstui oleh suaminya jadi
PSK (asalnya daerahnya Subang, Indramayu, Sukabumi). Yang suaminya
menerima dan sadar, suaminya juga dibina. Yang suaminya menolak dan
marah karena kehilangan income dari istrinya yang cukup besar, sang dosen memberikan instruksi: “Kamu
harus bercerai dengan suamimu, wajib, karena ia telah menjerumuskan dan
merusakmu. Suami macam apa seperti itu, sekarang pun ia tidak terima
kamu telah sadar. Sekarang cari suami yang baik, masih banyak. Insya
Allah saya akan bantu.” Yang suaminya tidak terima, semuanya
diceraikan. Satu orang yang dari Indramayu, bukan hanya tidak terima
malah menteror mantan istrinya dan keluarganya.
Ketika sang dosen dilapori, tidak menunggu, ia langsung berangkat
mencarinya sendiri rumah orang itu. Laki-laki itu kembali ke rumah orang
tuanya. Sang dosen masuk dan menceramahi laki-laki itu, bukannya
berterima kasih dan bersyukur istrinya telah sadar dan kembali ke jalan
yang benar. Laki-laki itu tetap tidak terima dan marah-marah. Ia
bersungut-sungut menuduh laki-laki yang tak dikenalnya itu mengganggu
kesenangannyalah, merusak rumah tangga oranglah, sok sucilah, dll.
Sang
dosen membantah: “Siapa yang merusak? Justru kamu yang merusak istri kamu dan kamu memerasnya. Suami macam apa kamu ini?”
Karena nasehat tidak akan masuk pada orang seperti ini, akhirnya sang dosen mengambil jalan akhir. “Sekarang
gini aja, kamu ambil golok bawa keluar, ayo kita duel diluar tapi
dengan catatan sampai mati dan harus disaksikan masyarakat, RT, RW dan
Polisi. Siapa yang benar diantara kita.” Laki-laki itu hanya diam,
sang dosen kesal, ia masuk ke dapur dan meminta golok pada keluarganya.
Golok itu diberikan dan dipaksakannya agar laki-laki itu memegangnya dan
dipersilahkan untuk menebas bagian mana saja dari tubuh sang sang dosen
yang dia mau. Karena dia masih diam, sang dosen menggusur orang itu
keluar rumah. Karena suasana ribut, tetangga pada keluar, nonton.
Sekalian sang ustadz berteriak-teriak disitu menjelaskan betapa bodoh
dan dungunya orang ini, istrinya disadarkan malah tidak terima berarti
dia ini hakikatnya setan. Tetangga yang sudah menaruh curiga pada
pekerjaan istri laki-laki itu membenarkan ucapan sang dosen. Mereka
terus menonton.
Sampai ujungnya, laki-laki itu sadar, menangis, menyesali dan
berjanji tidak akan mengganggu mantan istrinya lagi. Orang tuanya pun
menyesalkan kebodohan anaknya itu. “Awas, mengganggu lagi mantan istrimu, dengan saya urusannya.”
Ketika kisah ini diceritakan pada saya, saya bilang “luar biasaa …” Ia berucap, “Yaa
… menolong itu harus tuntas, jangan setengah-setengah, cuma menyadarkan
saja tapi kesananya tidak bertanggung jawab, tidak di urus, ya gak akan
bener, dia bisa balik lagi nanti.” Subhanallaah …
http://moeflich.wordpress.com/2012/07/02/kisah-dosen-uin-mem-booking-8-psk-dalam-satu-kamar/