Mencari Spirit Hafidz yang Hilang
"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di
antara manusia, para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya
Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga
Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR. Ahmad)
Kemana semangat menghafal yang dulu sempat membara?
Kemana cita-cita menerangi hati dengan ayat-ayat Al Qur’an? Kemana cita-cita
mulia (menjadi hafidz) sebelum mengakhiri
masa hidup di dunia? Semoga semuanya tidak kemana-mana atau hilang seperti
tetesan embun dipagi hari?
Imam Syafi’i hafal Qur’an dalam usia 9 tahun. Hasan Al Bana hafal Al Qur’an dalam usia 12
tahun. Yusuf Al Qardawi hafal Qur’an
dalam usia 10 tahun. Raja Faisal dari
Arab Saudi, satu-satunya pemimpin Saudi yang berani mengembargo minyak Amerika Serikat
dan Nato hafal Al Qur’an di usia 16 tahun.
Ismail Haniyeh, Perdana Mentri Palestina
juga seorang Hafidz Al Qur’an. Bahkan Anaknya yang bernama Aid berhasil
menggenapkan hafalan Al Qur’annya dalam waktu 35 hari. Presiden Mesir Muhammad
Mursi, istri dan kelima anaknya juga hafidz dan Hafidzah Al Qur’an. Mereka
sebagian dari contoh orang-orang besar yang telah menyempurnakan hidupnya
dengan menghafal Al Qur’an. Mereka orang besar yang tahu betul bagaimana
menjaga mukjizat terbesar Rasulullah SAW.
Menjadi hafidz adalah cita-cita
yang tak mesti dipadamkan. Disuatu pelatihan menghapal Al Quran tahun lalu, pemateri mengatakan, “jika kita
tak mampu untuk menghafal Al Qur’an berazzamlah untuk memiliki pasangan hidup
Hafidz/Hafidzah Al Qur’an.” Karena seorang yang hafal Al Qur’an bisa memberikan
syafaat kepada sepuluh anggota keluarganya. Sebagaimana diriwayatkan Tirmidzi, Ibnu Majah dari Ali
bahwa Nabi saw bersabda,
”Barangsiapa yang membaca Al Qur’an, menghafalkannya,
menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram maka Allah akan
memasukkannya ke surga dan dia bisa memberikan syafaat kepada sepuluh anggota
keluarganya yang kesemuanya seharusnya masuk neraka.”
Sebuah saran yang menarik.
Namun alangkah lebih baik jika kita menginginkan surga tidak hanya tergantung
pada syafaat dari pasangan atau anak-anak kita (Untu yang telah menikah).
Alangkah lebih baik sedari dini, sebelum masa bertualang di dunia ini berakhir
kitapun memiliki kemauan yang kuat untuk mengkhatamkan Al Qur’an. Bukankah kita
menginginkan kedudukan yang tinggi di surgaNya sesuai dengan ikhtiar maksimal
kita dalam menghafal setiap ayat-ayat Al Qur’an selama hidup di dunia ini.
Dari Abdillah bin Amr bin ’Ash dari Nabi SAW,
beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada shahib Al Qur’an, "Bacalah
dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur’an di
dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca." (HR. Abu
Daud dan Turmudzi)
"Ya Allah, jadikan kami, anak-anak kami,
saudara kami, dan keluarga kami sebagai penghafal Al Qur’an. Jadikan sisa usia
kami menjadi sarana untuk kami mengambil
manfaat dari Al Qur’an saat membacanya, mengurai maknanya, menyimak nadanya dan
menghapal setiap ayat-ayatnya.
Sardini Ramadhan