Belajar dari Manusia Menyejarah
Amanah hidup didunia
menuntut pertanggungjawaban. Sebagai makhluk paling sempurna manusia teramat
tinggi kedudukannya jika dia menghiasi hidupnya dengan ketakwaan pada Allah SWT.
Banyak orang yang pada awalnya diremehkan manusia namun begitu mulia
kedudukannya disisi Allah. Lihatlah bilal bin Rabbah seorang hamba sahaya yang
menyejarah karena takwanya kepada Allah. Ada juga sosok manusia bijak yang
namanya diabadikan dalam sebuah surah Al Qur’an, Luqman Al Hakim. Menurut Ibnu
Abbas, Luqman Al Hakim adalah seorang hamba berkebangsaan Habsy yang berprofesi
sebagai tukang kayu. Senada dengan Ibnu Abbas, Ibnu Jarir juga berpendapat
bahwa Luqman adalah seorang hamba sahaya berkebangsaan Habsy yang berprofesi
sebagai tukang kayu. Namun kesahayaannya tak menghalanginya mendapatkan
kedudukan tinggi dihadapan Allah SWT dan segenap manusia.
Nama Luqman sungguh
menyejarah karena pesan-pesan agungnya kepada putranya yang banyak diabadikan dalam
AL Qur’an. Bahkan tidak semua Nabi dan Rasul mendapatkan kemuliaan namanya
diabadikan dalam Al Qur’an seperti halnya Luqman Al Hakim. Ketika ditanya apa
yang menyebabkannya memiliki keindahan tutur kata dalam menasehati. Luqman
menjawab, wahai anak saudaraku, jika engkau menyukai apa yang aku katakan kepadamu, kamupun insya Allah berprestasi
seperti aku. Lalu Luqman berkata,
” Aku memlihara dan memonitor pandanganku,
menjaga lidahku, menjaga kesucian makananku, memelihara kemaluanku, berkata
jujur, memenuhi janjiku, menghormati tamuku, memelihara hubungan baik dengan
tetanggaku, dan meninggalkan perkara yang tidak penting. Itulah yang membuat
diriku seperti yang kamu lihat”.
Menurut Jabir bin
Abdullah Luqman bertubuh pendek dan berhidung pesek. Pernah ada seorang lelaki
yang memandangnya, maka Luqman berkata” Jika engkau lihat aku memiliki sepasang
bibir yang tebal dan kasar, maka sesungguhnya daiantara keduanya keluar
kata-kata yang lembut, dan jika engkau melihat rupaku yang hitam, maka
sesungguhnya kalbuku putih”
Jelas sudah kondisi
fisik, sedikitnya harta dan remehan pandangan manusia tak menjadi penghalang
seseorang mendapatkan kemulian disisi Allah dan mewariskan sejarah yang penuh
lautan hikmah.
Banyak orang kaya yang
hidupnya penuh kemewahan namun meninggalkan dunia dengan kebangkrutan amal.
Lihatlah Qarun, seorang yang waktu miskinnya menjadi orang shaleh dan menjadi
pengikut Nabi Musa. Namun ketika kekayaan berlimpah dihadapkan padanya, dia
menjadi kikir dan sombong dengan kekayaannya itu. Hingga sejarah mencatat Qarun
dan seuluruh kekayaannya amblas ditelan bumi karena kedurhakaannya kepada sang
pemberi rezeki.
Banyak orang yang memiliki kekuasaan dan
kerajaan hidup yang luas namun kekuasaan itu justru menghancurkan nasibnya
dihari perhitungan. Kita mengenal penguasa Mesir yang penuh kesombongan bahkan
menganggap dirinya Tuhan, Fir’aun. Sejarah mencatat bahwa raja sombong ini mati
ditelan laut merah dan mayatnya masih ada hingga kini di Mesir sebagai
pembelajaran bagi generasi sesudahnya.
Kekayaan, kekuasaan tak
membuat manusia menjadi mulia jika ketakwaan kepada Allah tidak menghiasinya. Jelas
sudah bukan kemiskinan, kekayaan, kekuasaan, ketampanan rupa yang membuat
manusia mulia. Tapi dari kesungguhan takwanya kepada sang Penguasa alam
semesta. Siapapun kita akan dapat menggenggam kemulian hidup dengan menjadikan
takwa sebagai bekal terbaik dalam menjalani hidup. Ketampanan yang ada pada
nabi Yusuf membuatnya mulia karena dia hamba yang bertakwa. Kemiskinan Nabi
Ya’kub tak menghalanginya mendapatkan kedudukan tinggi dihadapan Allah.
Kecantikan Aisyah membuatnya mulia karena takwanya kepada Allah. Kekayaan
Khadijah membuatnya menyejarah karena harta kekayaan itu digunakan untuk
perjuaangan memenangkan agama Allah di muka bumi.
Mereka telah mengajarkan
kepada kita banyak hal dalam menjalani kehidupan yang sekali dan teramat
singkat di bumi ini. Hidup yang hanya sekali ini sayang untuk dilalui tanpa
mewariskan amal kebaikan yang bermanfaat buat generasi sesudahnya. Mereka telah
mengabadikan namanya pada tinta emas peradaban manusia. Semoga kita bisa
meneladaninya di sisa-sisa usia kita.
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
(Q.S
Al Hasyr: 18)
SR